Ustadz, kapan sebaiknya seorang anak itu dipondokkan ke Pesantren?
Jawab: Sebaiknya, seorang anak mulai dipondokkan ke Pesantren itu di usia SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Kenapa?
Karena untuk konteks saat ini, kalau dipondokkan di usia SD (Sekolah Dasar) terlalu cepat. Tapi, kalau dipondokkan di usia SMA sudah terlambat. Minimal hampir terlambat. Meskipun terlambat tetap lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Anak Usia SD.
Anak usia SD itu masih sangat membutuhkan dekapan kasih sayang orang tuanya. Ini yang paling penting. Di samping itu, umumnya mereka belum mumayyiz alias belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Apalagi harus mengurusi kebutuhan pribadinya. Kalau kita pondokkan sebelum waktunya, dikhawatirkan mereka mengalami trauma. Sehingga di waktu seharusnya mereka mondok malah tidak mau lagi mondok.
Anak Usia SMA.
Anak usia SMA itu kemampuan berpikirnya sudah cukup matang. Umumnya mereka sudah berpikir nanti lulus SMA mau kuliah di mana. Sehingga, kalau anak SMA masih belum bisa membaca Al-Quran maka bisa jadi dia akan merasa minder. Dan ini wajar. Karena sekarang Upin Ipin yang belum masuk usia SD aja, itu udah bisa Bahasa Arab. Udah ada versi Bahasa Arabnya maksudnya. Masa usia SMA mengaji aja belum bisa? Iya, kan.
Jangan sampai, waktu masuk Pesantren adik-adik kelasnya sudah punya hafalan 3-5 juz, kakak kelasnya malah belum bisa mengaji. Iya, enggak?
Kalau sampai terjadi seperti itu, maka orang tua punya peran membuat psikologi anaknya menjadi down. Inferior. Minderan. Kalau sudah "minderan" nanti menggali bakatnya jadi susah. Karena bisa jadi dia merasa tidak bisa apa-apa. Padahal tidak begitu juga. Dalam arti, tidak cakap di satu sisi, tetapi cukup di sisi yang lain. Bahkan unggul. Hanya saja, karena sudah minderan tadi jadi susah memunculkan potensi anak.
Kenapa anak SMP sebaiknya dipondokkan?
Karena usia itu termasuk usia emas. Belum terkontaminasi dengan lingkungan yang buruk. Minimal si anak masih bisa dibentuk untuk baik. Lihatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengajarkan agama kepada Sahabat junior di zamannya.
Rasululullah Mengajarkan Tauhid
Beliau mengajari Abdullah ibnu Abbas Tauhid dan adab usia Ibnu Abbas masih sangat belia.
"Duhai, nak, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau mem (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi, Hasan Shahih)
Rasulullah Mengajarkan Adab Makan.
"Nak, bacalah bismillah, makanlah dengan kanan dan makanlah yang ada di hadapanmu" (HR. Bukhari Muslim).
Ceritanya, hadits ini disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika Nabi bersama Umar ibnu Abi Salamah. Kata Ibnu Abi Salamah: "Kuntu ghulaaman" Ketika itu aku masih kecil. Sebelum makan "Wakaanat yadii tathiihu fis shahfah tanganku suka megang-megang keliling piring sebelum makan. Karena tak kunjung makan. Makanya Nabi mengajarkan kepadanya demikian, "Makanlah, nak. Baca bismillah ya, Pake tangan kanan ya!" begitulah kira-kira dalam bahasa kita sekarang.
Poinnya adalah lafaz ghulam pada hadits di atas artinya anak kecil di atas balita tapi belum baligh.
Kamus Ma'ani menyebutkan:
Al-Ghulaamu shabiyyun hiina yuuladu ilaa an yasyubba aw hiina yuqaaribu sinnal buluugh
"Ghulam artinya usia bayi sejak lahir hingga masuk usia pemuda atau mendekati usia baligh."
Jadi, anak usia baligh itu saat ini adalah anak SD kelas kelas 7 SMP. Di usia inilah seorang anak sebaiknya dipondokkan di Pesantren.
Yuk, orang tua yang anaknya kelas 6 SD masukkan anaknya ke SMP Kahf International Boarding School (KIBS) Bogor. Belajar agama juga belajar umum. Anak-anak dibimbing sesuai minatnya, ke Universitas Madinah juga ke UI, IPB, ITB, UGM, insyaaAllah. "Bertakwa, Berakhlak, Cerdas."
Oleh: Ustadz Masdar Helmi, Lc.